Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Desember 2010

" Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai"


A.    Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias (Hani Handoko). Hal ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan mendorong mereka dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan, maka tujuan perseorangan dan tujuan organisasi menjadi renggang (lemah). Keadaan ini menimbulkan situasi dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian sasaran-sasarannya.
Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi orang lain atau bawahan agar mau melakukan apa yang diperintahnya. Hal ini penting karena bagaimanapun seorang pemimpin mempunyai peran sebagai figur yang dapat dijadikan contoh oleh para bawahannya. Selain itu, Pemimpin juga disebut-sebut sebagai leader yang berfungsi melakukan hubungan interpersonal dengan bawahannya dengan cara memimpin, memotivasi, mengembangkan, dan mengendalikan para bawahannya supaya bekerja sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing.Ada 3 teori dasar tentang kepemimpinan yaitu :
1.      Teori sifat
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pmimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori the Great Man  menyatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat pemimpin. Teori ini dijelaskan pula oleh Keith Davis yang  merumuskan empat sifat umum pemimpin yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi.
a.       Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
b.      Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas social. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c.       Motivasi diri dan dorongan prestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.
d.      Sikap-sikap hubungan kemanusiawian. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak padanya.
2.      Teori kelompok
Teori kelompok beranggapan agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini. Dengan perkataan lain, teori ini menunjukan bahwa para bawahan dapat mempengaruhi pemimpin dengan perilakunya, sebanyak  pemimpin beserta perilakunya mempengaruhi para bawahannya. Sudah barang tentu hal ini semuanya baru merupakan anggapan dari pemahaman “social learning” dalam kepemimpinan.
3.      Teori situasional
Teori ini menjelaskan bahwa pemimpin yang timbul dikarenakan situasi pada waktu itu. Ada beberapa variable situasional yang mempengaruhi pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya berikut pelaksanaan kerja para pengikutnya.


B.     Kinerja Pegawai
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu.  Mangkunegara, mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Sedarmaya mendefinisikan kinerja berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Jadi dari dua pendapat itu dapat ditarik kesimpulan, kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk menciptakan tujuan organisasi.
 Selain itu menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
a)      Kemampuan mereka.
b)      Motivasi dari atasan.
c)      Dukungan yang diterima.
d)     Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan. 
e)      Hubungan mereka dengan organisasi.
            Handoko mengemukakan, penilaian kinerja atau prestasi kerja (performance aprasial) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
a)      Mendorong orang ataupun karyawan agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang di bawah standar.
b)      Sebagai bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan tersebut telah bekerja dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pegawai adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan pada kinerja seseorang adalah adanya suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Agar hasil kerja yang dicapai oleh setiap pegawai sesuai dengan mutu yang diinginkan, waktu yang ditentukan, maka penilaian kinerja pegawai mutlak diperlukan oleh setiap organisasi.
             Disini kepemimpinan bisa diartikan kemampuan serta tingkah laku pimpinan secara keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun swasta sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat pada perusahaan yang bersangkutan. Mutu kepemimpinan seseorang dilihat dari komunikasi yang terjadi dengan bawahannya, memberikan semangat dan motivasi kerja.
                Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kelebihan-kelebihan di bandingkan dengan bawahannya yakni seorang pimpinan dituntut untuk bisa berbagi tentang informasi mengenai kemajuan kerja, kendala dan permasalahan yang sedang dialami, kemungkinan solusi bagi permasalahan yang mengggangu serta bagaimana pimpinan dapat membantu secara langsung kendal-kendala pekerjaan bawahannya dan  mengawasi setiap tingkah laku pekerjaanya agar dapat dilakukan secara optimal dan menghasilkan peningkatan kinerja yang signifikan melalui evaluasi secara berkala.